Gara-gara
Sebuah Buku
oleh : tharisnia putri
Cahya..
itu lah panggilan qw , biasanya di saat bel istirahat tiba aku sering bermain
dengan teman-teman ku , namun untuk kali ini tidak , aku berkunjung ke
perpustakaan untuk mencari sebuah buku yang dapat membantu ku dalam mengerjakan
tugas sekolah, di saat ku sudah menemukan buku tersebut entah kenapa seorang
laki-laki menghampiri ku kemudian mengatakan “ hey, kembalikan, itu adalah buku
yang sudah ku pinjam lebih dulu !” aku pun terheran-heran melihat peria
tersebut kemudian berkata “maaf buku ini
aku yang ambil duluan “
“enak
aja, buku ini sudah dari kemarin aku mau pinjem tapi engga sempet” katanya
sambil menarik buku yang ku pegang, aku berusaha untuk mempertahan kan buku tersebut namun dari pada
buku itu sobek lebih baik ku mengalah, “ya udah , buku ini kamu yang pinjem
duluan kalau sudah selesai aku yang pinjem , gimana ? “ kata ku sambil
menmberikan buku itu kepadanya, “ gitu dong dari tadi kan jdi engga
berebut.”jawabnya sambil mengambil buku yang ku berikan padanya “ kalo boleh
tau nama mu siapa ? kelas mana ?” tanyanya kembali “ nama ku cahya dari kelas
IX 2 ,kalau kamu dari kelas mana ? nama mu siapa ? “ jawab ku sambil kembali
bertanya kepadanya . “ aku rendi anak IX 3 .” jawabnya “ ya udah deh kalau
sudah selesai cari aku di kelas ya “ kata ku kepada rendi. Kemudai kita kembali
ke kelas masing – masing karena bel masuk sudah berbunyi.
Ke
esokan harinya ku kembali pergi ke perpustakaan untuk mencari sebuah novel yang
menarik kemudian menghabis waktu istirahat untuk membacanya, tiba – tiba datang
seorang pria kemudian ia duduk di sebelah ku, ternyata pria tersebut adalah
rendi , semenjak pertemuan kemarin hubungan ku dengan rendi semakin dekat .” hay … apa kabar ? bukunya masi aku yang
bawa. “ katanya “ kabar ku baik- baik
aja , ia engga papa ko jugaan tugas ku d kumpul minggu depan “ jawab ku “ oke
deh .. aku usahain besok aku udah kasi bukunya ke kamu.” katanya sambil
menunjukkan sebuah buku “buku apa ini ? “ tanya ku padanya “ coba aja kamu bawa
pulang, tapi inget di baca besok ceritain ke aku apa aja makna yang bisa kamu
ambil dari buku itu” katanya “ oke deh..
pasti aku akan baca buku ini, makasi ya.” Jawab ku sambil menerima buku
yang di berikan oleh rendi. Kami pun bersama – sama menuju kelas masing- masing.
Saat
malam datang ku teringat pada buku yang di berikan oleh rendi kemudian segera
ku bergegas mengambil buku tersebut dan
membacanya . setelah ku membacanya ku temu kan sebuah makna yang cukup menarik
yaitu pertemuan singkat di perpustakaan
yang menyebabkan mereka menjalin persahabatan yang cukup dekat. Tak ku sangka
kisah itu hampir sama seperti apa yang ku alami .
Ke
esokan harinya saal bel istirahat tiba ku kembali datang ke perpustakaan untuk
menemui rendi kemudian ku mengatakan “
maknanya sama seperti apa yang kita alami.” Ia pun hanya tersenyum sambil
tertawa … hem… aku pun bergegas ke kelas lantas menceritakan kisah ini kepad
teman ku yang bernama putri kemudian ia
mengatakan “ aku engga suka kamu deket sama rendi “
“kenapa
? emang apa yang salah dari rendi ? sampai – sampai kamu melarang aku untuk
deket – deket sama rendi ?” tanya ku kepada putri “ denger ya kamu itu baru
kenal sama dia jadi kamu engga usah deh deket- deket sama dia !” jawab putri
sambil membanting buku yang di pegangnya “ aku tau aku baru kenal sama dia,tapi
apa alasan mu untuk ngelarang aku untuk deket sama rendi ?” jawab ku “ pokoknya engga boleh , aku udah duluan
kenal sama dia dari pada kamu !” jawabnya . tiba – tiba rendi datang ke kelas ku untuk mengembalikan buku yang di
pinjamnya dua hari yang lalu. “cahya .. ini buku yang waktu ini aku pinjem dari
kamu.” Katanya sambil memberikan buku itu kepada ku “makasi ya .” jawab ku
sambil menerima buku yang di berikan kepada rendi .
Ternyata putri melihat
kejadian tersebut kemudian dia berkata kepada rendi “rendi, lebih baik kamu
mulai sekarang engga usah deket – deket lagi sama cahya!” rendi pun menjawabnya
“ kenapa kamu nyuruh aku untuk tidak dekat – dekat dengan cahya ? emang kamu
siapa ? ngatur – ngatur aku ? “ saat mendengar perkataan rendi putri pun langsung
pergi dengan wajah yang kecewa . “ kamu engga boleh bilang kaya gitu sama putri
.” kata ku “tapi cahya, aku engga suka
ada orang yang suka ngelarang –ngelarang aku untuk bertemn dengan siapa.” Jawab
rendi .
“ya udah lebih baik
sekarang kamu minta maaf sama dia biar dia engga sedih lagi .”kata ku “aku
engga mau, seharusnya dia yang minta maaf sama kamu “ kata rendi kepada ku “ia
udah deh lebih baik kamu kembali ke kelas, bel masuk udah bunyi.” Kata ku “oke
deh, sampai jumpa besok “ kata rendi sambil melambaikan tangan ke arah ku. Ku
melihat putri masuk ke dalam kelas dengan wajah yang penuh dengan amarah. Aku
pun tak memperdulikanya ,malam pun tiba di dalam kamar ku , aku membayangkan wajah
rendi saat membela ku, hem.. apakah aku suka padanya ? entahlah tapi jika hal
itu terjadi akan kah putri merebut rendi dari diri ku ? aku tak mau hal itu
terjadi,ke esokan harinya aku bercerita kepada rani , dia adalah sahabat baik
ku yang selalu mau mendengarkan keluh kesah ku, “rani, kayakny aku suka sama
rendi, gmana dong ?” kata ku “lebih baik kamu perjuangkan perasaan mu” jawab
rani “ tapi putri suka sama rendi” kata ku kembali “belum tentu kan rendi itu suka sama putri, jadi kamu jangan terlalu
mengkhawatirkan hal tersebut” jawabnya sambil meyakinkan diri ku.
Bel
istirahat pun berbunyi, tiba- tiba rendi datang ke kelas ku “cahya , aku mau
bilang sesuatu sama kamu.” Kata rendi sambil memegang tangan ku, “bilang aja ,
pasti aku dengerin ko .” jawab ku “jujur, aku suka sama kamu, kamu mau engga jadi pacar ku ?” katanya
sambil menyerahkan sebatang bunga mawar merah ke hadapan ku . aku malu kemudian
menoleh ke arah rani , akhirnya rani menyuruh ku untuk menerimanya “rendi,
sebenarnya aku juga suka sama kamu ,jadi aku terima kamu sebagai pacar ku .”
jawab ku sambil menerima bunga mawar merah yang di berikan rendi . semenjak
hari itu aku dan rendi sudah berpacaran . terlihat wajah putri yang mulai kesal
melihat semua itu , hingga akhirna ia meninggalkan kelas .
Hari
menjelang malam hati ku begitu bahagia saking bahagianya tak henti – hentinya
ku pandangi bunga pemberian dari rendi . malam pun berganti pagi hari ini rendi
datng ke kelas ku , kita nampak seperti teman dekat , bkn seperti pacar . teman
– teman pun heran melihat kita berdua,hari itu entah kenapa putri sangat baik
kepada diri ku , hingga akhirnya rasa
kebencian rendi kepada putri mdenghilang
tanpa sebab . hari demi hari ku jalani seperti biasanya hingga suatu hari di
hari rabu aku melihat rendi dan putri duduk ber dua di kebun sekolah, rasa
sakit hati ku mulai muncul rasanya tak sanggup untuk melihat mereka begitu ,
ingin rasanya aku menangis se kencang-kencangna ,namun aku sadar ini sekolahan
bukan hutan .
Bergegas
ku ke kelas untuk bercerita kepada rani apa yang terjadi “ rani, aku engga
sanggup liat puri deket sama rendi , rasanya hati ku tersayat-sayat kemudian di
taburi garam .” kata ku sambil perlahan –lahan meneteskan air mata . “kamu
jangan salah paham dulu siapa tahu dia cuman temenan biasa.” Kata rani sambil
mengusap air mata ku. Ke esokan harinya aku memberanikan diri untuk bertanya
kepada putri , “putri, aku mau tanya, kamu suka sama rendi apa engga ?” kata ku
sambil menatap mata putri, “emangnya kenapa ? kamu takut rendi akan berpaling
ke hati ku ? bila nanti waktu nya telah tiba kamu pasti akan merasakan apa yang
ku rasakan selama ini” kata putri dengan tatapan tajam. Mata ku mulai berkaca –
kaca mendengar perkataan putri yang se olah- olah ingin membalas dendam dengan
diri ku “aku yakin put, rendi engga bakal se kejam itu sama aku .” jawab ku
dengan sangat yakin “kok kamu bisa yakin banget ?” tanya putri “karena aku percaya rendi setia kepada ku.”
Kata ku sambil mengusap air mata yg menetes secara perlahan “oke kita buktikan
nanti perkataan mu .” kata putri sambil bergeges pergi dari hadapan ku.
Bel
pulang sekolah telah berbunyi , aku bergegas pulang , sebelum aku pulang aku
mampir ke taman bunga dekat rumah , di sana aku luapkan ke sedihan ku . di saat
aku sedang menangis ada seorang laki – laki yang menghampiriku ternyata dia
adalah oddie, oddie adalah tetangga ku yang juga satu kelas dengan aku di
sekolah “cahya … kamu kenapa ? kok kamu nangis ?” tanya oddie “aku sedih oddie.. hiks.. hiks.. hiks .. aku
sedih banget sebenarnya rendi itu suka apa engga sama aku ? kenapa akhir –
akhir ini dia lebih deket sama putri dari pada sama aku ? sebenarnya pacarnya
itu siapa sih ? aku atau putri?” kata ku kepada oddie sambil meneteskan air
mata “ cahya .. aku yakin kalau rendi sayang sama kamu mungkin kamu terlalu
sibuk sama urusan mu sehingga dia menganggap kamu engga peduli lagi sama dia
sehingga dia lebih memilih dekat sama putri .” jawab oddie sambil mengusap air
mata ku. “lebih baik kamu segera pulang dari pada nanti orang tua mu bingung
mencari kamu karena kamu belum pulang.”kata oddie “ya udah deh, kita pulang sama – sama aja
gimana ?” jawab ku “oke deh” jawab oddie sambil beranjak dari bangku taman .
Ke
esokan harinya rendi menemui ku di taman sekolah “kamu kenapa ? kok akhir –
akhir ini aku liat kamu sedih terus cerita dong sama aku ? aku kan pacar mu .”
kata rendi sambil menggenggam tangan ku, “aku begini karena kamu , aku sedih
karna kamu , kamu engga tahu semua itu kan ?” jawab ku sambil menatap mata
rendi “ karena aku ? kenapa ?” jawabnya sambil
menunjukkan wajah tak bersalah “asal kamu tau sebenarnya kamu itu sayang engga
sih ma aku ? sebenarnya kamu itu sayang ke aku atau ke putri ? aku bingung
sebenarnya siapa sih pacar mu aku atau putri ?” tanya ku sambil meneteskan air
mata “kenapa kamu nanya kaya gitu ? aku
sayang sama kamu aku engga suka sama putri aku hanya menganggapnya sebagai
teman semata engga lebih dari itu.” Jawanya sambil mengusap air mata yang
menetes di pipiku .
“putri
bilang kalau kamu udah engga sayang lagi sama aku , dia bilang kamu lebih suka
sama dia dari pada aku.” Kata ku kepada rendi. “ ya udah sekarang kamu jangan
nangis lagi kamu engga usah hirauin putri lagi , jangan percaya terhadap
perkataanya , dia hanya ingin merusak hubungan kita berdua .” kata rendi sambil
menatap ku dengan tatapan tajam. Kini aku percaya terhadap rendi, tak ada
keraguan yang tersisa di hati ku.
“oddie
ternyata benar apa yang kamu
katakan aku hanya salah paham sama
rendi.”kata ku sambil menepuk punggung oddie, “hem dasar gadis kecil ku , gitu
dong senyum jangan nangis lagi entar aku jadi ikut sedih .” jawanbnya sambil memancarkan senyum
manis dari bibirnya . akhir – akhir ini rendi sudah mulai menjauh dari putri ,
sesuai apa yang dia katakan kepada ku, aku mulai merasa lega dan tenang semenjak kejadian di taman ia lebih perhatian
kepada diri ku , hingga akhirnya putri tidak mendekati rendi lagi seperti
dahulu. Ternyata kini putri berpacaran dengan oddie dan mereka saling
menyayangi. Kini aku dan putri mempunyai kehidupan masing – masing dan tidak
ada lagi permusuhan di antara kita berdua.
Tamat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar